Kamis, 23 Mei 2019

Guru

Saya seorang ibu dari dua anak yang sudah menjadi guru di dunia pendidikan anak usia dini kurang lebih selama 7 tahun. Saya sempat berhenti selama 5 tahun, karena saya ingin mengurus anak-anak saya sendiri. Dan tahun ini, anak-anak saya mulai sekolah, saya mulai melepas mereka untuk bersosialisasi. Saya pun kembali menggeluti dunia pendidikan.

Saya hanya lulusan Diploma Ilmu Komunikasi. Saya banyak belajar menjadi guru dari pengalaman saya bekerja di beberapa sekolah, di beberapa daerah. Bukan maksud menggurui, karena basic saya bukan guru, atau bukan maksud menjatuhkan salah satu pihak yang merasa terkait, karena saya tidak memiliki apa-apa.

Banyak orang ingin menjadi guru, dengan alasan "karena saya menyukai anak-anak."
Awal saya memutuskan ingin menjadi guru, karena saya melihat dan berfikir pekerjaan guru itu mudah, bisa pulang cepat, tidak stres, hanya bermain dengan anak-anak, dan lain-lain. Kemudian, saya memutuskan untuk mangambil pendidikan guru PGTK, dan saya terjun langsung menjadi guru usia pra sekolah, di salah satu sekolah dengan program dari luar Indonesia.
Setahun saya belajar menjadi guru, ternyata saya mendapatkan kenyamanan dari anak-anak yang dekat dengan saya. Saya ingin belajar lebih dari sekolah yang lain, dan saya pun pindah ke sekolah yang lain. Di sana saya banyak belajar menjadi seorang guru. Saya mendapatkan kepuasan ketika melihat anak-anak dari tidak bisa, menjadi bisa.
Saya haus akan pendidikan anak usia dini, hingga saya terjun ke dunia pendidikan di daerah lain yang lebih jauh dari rumah saya.

Ternyata, pekerjaan seorang guru itu tidak mudah. Guru harus bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak didiknya. Tetapi, saya merasa, guru adalah panggilan hidup saya.
Saya menikmati bermain dengan imajinasi anak-anak, mendengarkan keluh kesah mereka, menemani mereka bermain sambil belajar, dan lain-lain.

Kembali ke dunia pendidikan usia dini, membuat saya cukup terkejut dan terheran-heran. Tahun ini dirasakan oleh saya, banyak perubahan di dunia pendidikan, terutama guru.
Saya bicara guru di dunia pendidikan usia dini.
Krisis moral, saya katakan. Seharusnya menjadi seorang guru itu memiliki sifat dan sikap yang ramah, sopan dan santun. Tetapi, yang saya lihat dan alami sekarang, banyak sekolah yang memiliki guru yang kurang ramah. Ramah di sini antara guru satu dengan guru yang lain. Apa urusannya jika sesama guru tidak ramah?
Jelas akan sangat berpengaruh. Guru itu harus bisa menjadi teladan untuk anak didiknya. Jika sesama guru tidak saling menyapa atau kurang rasa menghargai dan menghormati, bagaimana guru tersebut akan memberikan pelajaran tentang keramahtamahan atau menghargai dan menghormati orang lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru, Orang Tua Kedua

Percakapan saya dengan seorang ibu dari dua anak. Beliau pun pernah bekerja di salah satu sekolah. Hanya saja sekarang beliau lebih memilih ...